Sejarah permainan tradisional warga Pontianak ini tak lepas dari sejarah berdirinya kota Pontianak. Saat berdirinya kota Pontianak tahun 1771. Saat itu pendiri kota Pontianak menembakkan meriam ke arah daratan yang katanya untuk menakuti dan mengusir kuntil anak yang banyak bergentayangan di daratan, tapi kalau menurut saya sih adalah untuk menakuti penduduk asli yang masih berada di tepian hutan….
Nah…untuk memperingati peristiwa ini, penduduk pun membuat meriam-meriam yang terbuat dari batang kayu besar yang disimbolkan sebagai meriam dan menembakkannya ke seberang sungai. Karena menjadi ritual tiap bulan Ramadhan, maka jadilah permainan ini tradisi yang tak terpisahkan dari budaya kota Pontianak.
Bagaimana kah Meriam Karbit ?
Meriam Karbit ini bukanlah meriam yang terbuat dari besi atau yang seperti kita lihat untuk peperangan, tapi hanya meriam yang terbuat dari kayu besar yang berdiameter sekitar 50 cm – 100 cm dan panjang antara 4 – 7 meter, yang dilubangi ditengahnya. Kemudian meriam ini diisi dengan air dan dimasukkanlah karbit sebagai mesiu nya. Karbit yang bereaksi dengan air akan menghasilkan gas yang jika disulut dengan api akan mengakibatkan ledakan. Untuk satu kali permainan paling tidak dibutuhkan sekitar 3-5 ons karbit. Suara ledakannya dapat menggoyangkan bangunan sekitar, bahkan memecahkan kaca-kaca rumah jika jarak antara meriam dengan rumah terlalu dekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar